Penerapan Activity Based Costing Dalam Manajemen
Metode Activity
Based Costing ini sudah banyak diterapkan oleh perusahan-perusahaan
mendunia. Namun di indonesia saat ini belum banyak perusahaan yang menerapkan Activity Based Costing dalam menentukan
harga produk, sehingga produk-produk yang berasal dari indonesia kurang dapat bersaing dengan kompetitor
terutama dalam pasar global. Sehingga perusahaan dapat mengurangi distorsi
harga yang disebabkan oleh penentuan harga yang masih dilakukan secara
tradisional sehingga produk yang dikeluarkan dapat akurat.
Perusahaan yang memiliki diversitas yang tinggi maka
tingkat persaingannya juga tinggi sehingga dengan biaya pengukuran rendah maka
akan dapat menerapkan metode Activity Based Costing sehingga perusahaan juga mendapatkan laba. Meskipun begitu
metode ABC ini juga mempunyai kekurangan yaitu kurangnya implementasi dan
pengembangannya yang memakan banyak biaya dan membutuhkan waktu yang agak lama
selain itu biaya-biaya lainnya saeperti biaya iklan, promosi dan riset yang
memerlukan biaya tambahan.
Akan tetapi tidak hanya memiliki kekurangan saja namun metode Activity Based Costing ini juga memiliki manfaat yang sudah dibahas dalam artikel sebelumnya, untuk mengetahui penerapannya dalam perusahaan.
Berikut kriteria yang harus dipenuhi
dalam menerapkan Activity Based Costing, antara
lain :
1.
Product Diversity
Perusahaan
dituntut untuk memiliki produk yang beraneka ragam dalam jumlah yang banyak,
sehingga semakin beragam produk yang dihasilkan maka semakin beragam pula
aktivitas kegiatan yang dilakukan perusahaan. Hal tersebut yang dapat
berpengaruh besar terhadap pembiayaan perusahaan.
2.
Support Diversity
Dengan
banyaknya aktivitas yang dilakukan secara bersamaan mengakibatkan semakin
tinggi pula biaya overhead atau biaya tak terduga perusahaan. Sehingga
perusahaan dapat menerapkan metode Activity
Based Costing ini untuk memetakan biaya overhead.
3.
Common Processes
Tingginya
aktivitas yang dilakukan perusahaan tentu saja memerlukan sumber daya manusia
dan biaya yang lebih banyak pula. Sehingga perusahaan diharapkan mampu
memisahkan biaya masing-masing produk yang berkaitan dengan produksi,
distribusi, pemasaran dan aktivitas lainnya yang dilakukan oleh perusahaan.
4.
Period Cost Allocation
Dalam
mengalokasikan biaya periode secara akurat dan berkala dalam jangka waktu
tertentu dalam perusahaan dapat memperkecil biaya produksi dengan menjadikan
proporsi yang paling besar dalam pembiayaan perusahaan. Selain itu untuk
meminimalisir biaya tak terduga yang akan muncul sewaktu-waktu.
5.
Rate Of Growth Of Period Costs
Perusahaan
yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi maka biaya periode akan semakin
tinggi pula sehingga cocok untuk menerapkan metode Activity Based Costing. Karena tingkat kecepatan pertumbuhan yang
tinggi akan sulit untuk mengalokasikan biaya sehingga mengakibatkan distorsi
biaya semakin tinggi.
6.
Period Exoense Ratio
Kemungkinan
terjadinya distorsi biaya produk secara material karena berkaitan
dengan seberapa besar tingkat pengaruhnya pada penurunan ataupun kenaikan biaya
dengan proporsi laba atau keuntungan pada perusahaan. Distorsi ini dapat
diminimalisir dengan menggunakan metode activity based costing pada
perusahaan.
7.
Strategic Considerations
Semakin
besar pengaruh informasi biaya dalam pengambilan keputusan maka perusahaan
semakin cocok menggunakan analisis activity based costing dalam
melakukan penghitungan biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan.
8.
Cost Reduction Effort
Perusahaan
memiliki laporan yang akurat terkait alokasi biaya periode untuk
pengambilan keputusan internal manajemen perusahaan.
9.
Analysis Of Frequency
Semakin tinggi
tingkat frekuensinya maka tingkat keakuratan alokasi biaya pun juga semakin
dibutuhkan. Sehingga perusahaan bisa menggunakan analisis activity
based costing.
Komentar
Posting Komentar